LAPORAN PENDAHULUAN
LBP
(LOW BACK PAIN)
NAMA : ARIYANTI,
AMK
NIK : 0100801028
LAPORAN PENDAHULUAN
A.Penngertian
Low Back Pain (LBP) atau dalam bahasa Indonesia adalah nyeri
punggung bawah (NBP) adalah suatu gejala berupa nyeri dibagian pinggang yang
dapat menjalar ke tungkai kanan atau kiri. Dapat merupakan nyeri local maupun
nyeri radikular atau keduanya.
Nyeri ini terasa di antara sudut iga terbawah dan lipat
bokong bawah yaitu didaerah lumbal atau lumbosakral dan sering disertai dengan
penjalaran nyeri ke arah tungkai. Nyeri yang berasal dari daerah punggung bawah
dapat dirujuk ke daerah lain atau sebaliknya nyeri yang berasal dari daerah
lain dirasakan di daerah punggung bawah .
NPB disebabkan oleh berbagai kelainan atau perubahan
patologik yang mengenai berbagai macam organ atau jaringan tubuh. Oleh karena
itu beberapa ahli membuat klasifikasi yang berbeda atas dasar kelainannya atau
jaringan yang mengalami kelainan tersebut. Macnab menyusun klasifikasi NPB
sebagai berikut:
a. Viserogenik : NPB yang bersifat
viserogenik disebabkan oleh adanya proses patologik di ginjal atau visera di
daerah pelvis, serta tumor retroperitoneal.
b. Neurogenik : NPB yang bersifat
neurogenik disebabkan oleh keadaan patologik pada saraf yang dapat menyebabkan
NPB.
c. Vaskulogenik : Aneurisma atau
penyakit vaskular perifer dapat menimbulkan NPB atau nyeri yang menyerupai
iskialgia.
d. Psikogenik : NPB psikogenik pada
umumnya disebabkan oleh ketegangan jiwa atau kecemasan, dan depresi, atau
campuran antara kecemasan dan depresi.
e.
Spondilogenik
: NPB spondilogenik ini ialah suatu nyeri yang disebabkan oleh berbagai proses
patologik di kolumna vertebralis yang terdiri dari unsur tulang (osteogenik),
diskus intervertebralis (diskogenik), dan miofasial (miogenik), dan proses
patologik di artikulasio sakroiliaka.
B.Etiologi Dan Factor Resiko
a. Kongenital,
misalnya Faset tropismus (asimetris), kelainan vertebra misalnya
sakralisasi, lumbalisasi, dan skoliosis serta Sindrom ligamen transforamina
yang menyempitkan ruang untuk jalannya nervus spinalis hingga dapat menyebabkan
NPB.
b. Trauma dan gangguan
mekanik: Trauma dan gangguan mekanik merupakan penyebab utama NPB. Orang
yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau sudah lama tidak melakukannya
dapat menderita NPB akut, atau melakukan pekerjaan dengan sikap yang salah
dalam waktu lama akan menyebabkan NPB kronik. Trauma dapat berbentuk lumbal
strain (akut atau kronik), fraktur (korpus vertebra, prosesus
tranversus), subluksasi sendi faset (sindroma faset), atau spondilolisis dan
spondilolistesis.
c. Radang (Inflamasi),
misalnya Artritis Rematoid dan Spondilitis ankilopoetika (penyakit Marie-Strumpell)
d. Tumor (Neoplasma): Tumor
menyebabkan NPB yang lebih dirasakan pada waktu berbaring atau pada waktu
malam. Dapat disebabkan oleh tumor jinak seperti osteoma, penyakit Paget,
osteoblastoma, hemangioma, neurinoma, meningioma. Atau tumor ganas, baik primer
(mieloma multipel) maupun sekunder: (metastasis karsinoma payudara, prostat,
paru tiroid ginjal dan lain-lain).
e. Gangguan metabolik: Osteoporosis
dapat disebabkan oleh kurangnya aktivitas/imobilisasi lama, pasca menopouse,
malabsorbsi/intake rendah kalsium yang lama, hipopituitarisme, akromegali,
penyakit Cushing, hipertiroidisme/tirotoksikosis, osteogenesis
imperfekta, gangguan nutrisi misalnya kekurangan protein, defisiensi asam
askorbat, idiopatik, dan lain-lain. Gangguan metabolik dapat menimbulkan
fraktur kompresi atau kolaps korpus vertebra hanya karena trauma ringan.
Penderita menjadi bongkok dan pendek dengan nyeri difus di daerah pinggang.
f. Degenerasi, misalnya pada penyakit
Spondylosis (spondyloarthrosis deforman), Osteoartritis, Hernia nukleus
pulposus (HNP), dan Stenosis Spinal.
g. Kelainan pada alat-alat visera dan
retroperitoneum, pada umumnya penyakit dalam ruang panggul dirasakan di
daerah sakrum, penyakit di abdomen bagian bawah dirasakan didaerah lumbal.
h. Infeksi : Infeksi dapat dibagi ke
dalam akut dan kronik. NPB yang disebabkan infeksi akut misalnya : disebabkan
oleh kuman pyogenik (stafilokokus, streptokokus, salmonella). NPB yang
disebabkan infeksi kronik misalnya spondilitis TB (penyakit Pott),
jamur, osteomielitis kronik.
i. Problem psikoneurotik : NPB
karena problem psikoneuretik misalnya disebabkan oleh histeria, depresi, atau
kecemasan. NPB karena masalah psikoneurotik adalah NPB yang tidak mempunyai
dasar organik dan tidak sesuai dengan kerusakan jaringan atau batas-batas anatomis,
bila ada kaitan NPB dengan patologi organik maka nyeri yang dirasakan tidak
sesuai dengan penemuan gangguan fisiknya.
j. Adapun faktor resiko untuk NPB
antara lain adalah: usia, jenis kelamin, obesitas, merokok, pekerjaan, faktor
psikososial, dan cedera punggung sebelumnya.
C.Tanda dan
gejala/manifestasi klinis
Perubahan dalam gaya
berjalan
a.berjalan terasa kaku
b.tidak biasa memutar
punggung
c.pincang
·
persyarafan
1.ketika dites
dengan cahaya dan sentuhan dengan peniti,pasien merasa sensasi pada kedua
anggota badan,tetapimengalami sensasi yang lebih kuat pada daerah yang tidak
dirangsang
2.tidak
terkontrol BAB dan BAK
·
nyeri
1.nyeri punggung akut maupun kronis
lebih dari 2 bulan
2.nyeri saat berjalan dengan
menggunakan tumit
3.nyeri otot dalam
4.nyeri menyebar kebagian bawah
belakang kaki
5.nyeri panas pada paha bagian belakang
ataubetis
6.nyeri pada pertengahan bokong
7.nyeri berat pada kaki semakin
meningkat
D.Patofisiologi
Struktur spesifik dalam system saraf
terlibat dalam mengubah stimulus menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat
dalam transmisi dan persepsi nyeri disebut sebagai system nosiseptif.
Sensitifitas dari system ini dapat dipengaruhi oleh sejumlah factor dan
intensitas yang dirasakan berbeda diantara tiap individu. Reseptor nyeri
(nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespon hanya pada
stimulus yang kuat, yang secara potensial merusak, dimana stimuli tersebut
sifatnya bisa kimia, mekanik, ataupun termal. Kornu dorsalis dari medulla
spinalis merupakan tempat memproses sensori, dimana agar nyeri dapat diserap
secara sadar, neuron pada system assenden harus diaktifkan.
Stimulus ini akan direspon dengan
pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan menimbulkan persepsi nyeri.
Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang bertujuan untuk mencegah pergerakan
sehingga proses penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah
spasme otot, yang selanjutnya dapat menimbulkan iskemia. Nyeri yang timbul
dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya berbagai mediator
inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi primer pada system
saraf. Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan dua
kemungkinan.Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang
kaya nosiseptor dari nervinevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri
dirasakan sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan serabut saraf
misalnya karena pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan mengenai serabut
saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler di mana terjadi
akumulasi saluran ion Na dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya
mechano-hot spot yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal. Hal
ini merupakan dasar pemeriksaan
E.Pathway
Kontraksi
punggung
|
Tulang belakang, Menyempit guncangan
vertikal
|
Otot
abdominal dan torak melemah
|
Terjadi
perubahan, struktur dengan discus susun atas fibri fertilgo& matrik
gelatinus
|
Fibri
kartiligo dan tdk teratur
|
Penonjolan di
diskus / kerusakan sendi perut
|
Gangguan
nyaman nyeri
|
Menekan akar
saraf
|
Jarang
bergerak
|
Struktur
melemah
|
Kerusakan
mobilitaas fisik
|
Mobilitas
fisik terganggu
|
Nutrisi lebih
dari kebutuhan
|
Penumpukan
lemak krn tubuh kurang gerak
|
F.Pemeriksaan Diagnostik/penunjang
a. Sinar X vertebra ; mungkin
memperlihatkan adanya fraktur, dislokasi, infeksi, osteoartritis atau
scoliosis.
b. Computed tomografhy ( CT ) : berguna
untuk mengetahui penyakit yangmendasari seperti adanya lesi jaringan lunak
tersembunyi disekitar kolumna vertebralis dan masalah diskus intervertebralis.
c. Ultrasonography : dapat membantu
mendiagnosa penyempitan kanalis spinalis.
d. Magneting resonance imaging ( MRI )
: memungkinkan visualisasi sifat dan lokasi patologi tulang belakang.
e. Meilogram dan discogram : untuk
mengetahui diskus yang mengalami degenerasi atau protrusi diskus.
f. Venogram efidural : Digunakan untuk
mengkaji penyakit diskus lumbalis dengan memperlihatkan adanya pergeseran vena
efidural.
g. Elektromiogram (EMG) : digunakan
untuk mengevaluasi penyakit serabut syaraf tulang belakang ( Radikulopati )
G.Penatalaksanaan
a.
Penatalaksanaan Keperawatan.
Informasi
dan edukasi.
Pada NPB
akut: Imobilisasi (lamanya tergantung kasus),
pengaturan berat badan, posisi tubuh dan aktivitas, modalitas termal (terapi
panas dan dingin) masase, traksi (untuk distraksi tulang belakang), latihan :
jalan, naik sepeda, berenang (tergantung kasus), alat Bantu (antara lain
korset, tongkat)
NPB kronik:
psikologik, modulasi nyeri (TENS, akupuntur, modalitas termal),
latihan kondisi otot, rehabilitasi vokasional, pengaturan berat badan posisi
tubuh dan aktivitas
b.
Medis
·
Formakoterapi.
1)
NPB akut: Asetamenopen, NSAID, muscle
relaxant, opioid (nyeri berat), injeksi epidural (steroid, lidokain, opioid)
untuk nyeri radikuler
2)
NPB kronik : antidepresan trisiklik
(amitriptilin) antikonvulsan (gabapentin, karbamesepin, okskarbasepin,
fenitoin), alpha blocker (klonidin, prazosin), opioid (kalau sangat diperlukan)
3)
Invasif non bedah
4)
Blok saraf dengan anestetik lokal
(radikulopati)
5)
Neurolitik (alcohol 100%, fenol 30 %
(nyeri neuropatik punggung bawah yang intractable)
6)
Bedah
·
HNP, indikasi operasi :
1)
Skiatika dengan terapi konservatif
selama lebih dari empat minggu: nyeri berat/intractable / menetap / progresif.
2)
Defisit neurologik memburuk.
3)
Sindroma kauda.
4)
Stenosis kanal : setelah terjadi
konservatif tidak berhasil
5)
Terbukti adanya kompresi radiks
berdasarkan pemeriksaan neurofisiologik dan radiologik.
H.Komplikasi
Postlaminektomy
syndrome
1.Proses
Keperawatan
1.
Pengkajian
a. Aktivitas
dan istirahat
Gejala: Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat,
duduk, mengemudi dalam waktu lama, membutuhkan papan/matras waktu tidur, penurunan
rentang gerak dari ekstrimiter pada salah satu bagian tubuh, tidak mampu
melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
Tanda: Atropi otot pada bagian tubuh
yang terkena, gangguan dalam berjalan.
Eliminasi
Gejala
Konstribusi, mengalami kesulitan dalam defekasi,
adanya inkontenensia/retensi urine
b. Integritas
Ego
Gejala Ketakutan
akan timbulnya paralysis, ansietas masalah pekerjaan, finansial keluarga.
Tanda
Tampak cemas, defresi, menghindar dari
keluarga/orang terdekat
c. Neurosensori
Gejala
: Kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki
Tanda
Penurunan refleks tendon dalam, kelemahan otot,
hipotania, nyeri tekan/spasme pavavertebralis, penurunan persesi nyeri
(sensori)
d. Nyeri/kenyamanan
Gejala Nyeri
seperti tertusuk pisau yang akan semakin memburuk dengan adanya batuk, bersin,
membengkokan badan, mengangkat defekasi, mengangkat kaki, atau fleksi pada
leher, nyeri yang tidak ada hentinya atau adanya episode nyeri yang lebih berat
secara interminten; nyeri menjalar ke kaki, bokong (lumbal) atau bahu/lengan;
kaku pada leher (servikal). Terdengar adanya suara “krek”
saat nyeri baru timbul/saat trauma atau merasa “punggung patah”, keterbatasan
untuk mobilisasi/membungkuk kedepan
Tanda Sikap:
dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang terkena, perubahan cara berjalan:
berjalan dengan terpincang-pincang, pinggang terangkat pada bagian tubuh yang
terkena, nyeri pada palpasi.
e.
Keamanan
Gejala
: Adanya riwayat masalah
punggung yang baru saja terjadi
f.
Penyuluhan dan pembelajaran
Gejala
: Gaya hidup ; monoton atau hiperaktif
Pertimbangan : DRG menunjukan
rata-rata perawatan:10,8 hari
Rencana pemulangan : Mungkin
memerlukan batuan transportasi, perawatan diri dan penyelesaian tugas-tugas.
2.
Diagnosa
keperawatan
a.
Nyeri akut b/d agen injuri (fisik,
kelainan muskuloskeletal dan system syaraf vaskuler
b.
Hambatan mobilitas
fisik b.d nyeri, kerusakan muskuloskeletal, kekakuan sendi atau kontraktur
c.
Gangguan pola tidur b.d nyeri, tidak
nyaman
d.
Defisit care b.d nyeri
3.
Intervensi Keperawatan
No
|
Diagnosa Keperawatan
(NANDA)
|
Tujuan
(NOC)
|
Intervensi
(NIC)
|
1.
|
Nyeri akut b/d agen injuri (fisik,
kelainan muskuloskeletal dan system syaraf vaskuler
Batasan karakteristik
Verbal
a. Menarik
nafas panjang, merinti
b. Mengeluh
nyeri
Motorik
a. Menyeringaikan
wajah.
b. Langkah
yang terseok-seok
c. Postur
yang kaku / tidak stabil
d. Gerakan
yang amat lambat atau terpaksa
Respon
autonom
a. Perubahan
vital sign
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam nyeri
berkurang / hilang dengan kriteria :
Tingkat nyeri
a. Melaporkan
nyeri berkurang / hilang
b. Frekuensi
nyeri berkurang / hilang
c. Lama nyeri
berkurang
d. Ekspresi
oral berkurang / hilang
e. Ketegangan
otot berkurang / hilang
f. Dapat
istirahat
g. Skala
nyeri berkurang / menurun
Kontrol Nyeri
a. Mengenal
faktor-faktor penyebab
b. Mengenal
onset nyeri
c. Jarang /
tidak pernah menggunakan analgetik
d. Jarang /
tidak pernah melaporkan nyeri kepada tim kesehatan.
e. Nyeri
terkontrol
-
Tingkat kenyamanan
a. Klien
melaporkan kebutuhan istirahat tidur tercukupi
b. Melaporkan
kondisi fisik baikMelaporkan kondisi psikis baik
Ø
-
-
|
Manajemen nyeri
a. Lakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karateristik, durasi,
frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi).
b. Observasi
reaksi non verbal dari ketidaknyamanan.
c. Gunakan
teknik komunikasi terapetik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien.
d. Evaluasi
pengalaman nyeri masa lampau.
e. Evaluasi
bersama klien dan tim kesehatan lain tentang ketidak efektifan kontrol nyeri
masa lampau.
f. Bantu
klien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan.
g. Kontrol lingkungan
yang dapat mempengaruhi nyeri (suhu ruangan, pencahayaan, dan kebisingan)
h. Kurangi
faktor presipitasi nyeri.
i.
Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmokologi, non farmakologi dan interpersonal)
j.
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi.
k. Ajarkan
tentang teknik non farmakologi.
l.
Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri.
m. Evaluasi
keefektifan kontrol nyeri
n. Tingkatkan
istirahat
o. Kolaborasi
dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
p. Monitor
penerimaan klien tentang manajemen nyeri.
Andministrasi Analgetik
a. Tentukan
lokasi, karateristik kualitas, dan derajat nyeri sebagai pemberian obat
b. Cek
riwayat alergi
c. Pilih
analgenik yang diperlukan atau kombinasi dari analgetik ketika pemberian
lebih dari satu.
d. Tentukan
pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri.
e. Monitor
vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
f. Berikan
analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat.
g. Evaluasi
efektifitas analgesik tanda dan gejala (efek sampingan)
|
2
|
Hambatan mobilitas
fisik b.d nyeri, kerusakan muskuloskeletal, kekakuan sendi atau kontraktur
Batasan karakteristik :
a. Postur
tubuh kaku tidak stabil.
b. Jalan
terseok-seok
c. Gerak
lambat
d. Membatasi
perubahan gerak yang mendadak atau cepat
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3
x 24 jam klien mampu mencapai mobilitas fisik
dengan kriteria :
Mobility Level
a. Klien dapat
melakukan mobilitas secara bertahap dengan tanpa merasakan nyeri
b. Penampilan
seimbang
c. Menggerakkan
otot dan sendi
d. Mampu
pindah tempat tanpa bantuan
e. Berjalan
tanpa bantuan
|
a. Koreksi
tingkat kemampuan mobilisasi dengan sekala 0-4
0 : Klien tidak tergantung pada
orang lain
1 : Klien butuh sedikit bantuan
2: Klien butuh bantuan sederhan
3 : Klien butuh bantuan banyak
4 :Klien sangat tergantung pada
pemberian pelayanan
b. Atur
posisi klien
c. Bantu
klien melakukan perubahan gerak.
d. Observasi
/ kaji terus kemampuan gerak motorik, keseimbangan
e. Ukur
tanda-tanda vital sebelum dan sesudah melakukan latihan.
f. Anjurkan
keluarga klien untuk melatih dan memberi motivasi.
g. Kolaborasi
dengan tim kesehatan lain (fisioterapi untuk pemasangan korset)
h. Buat
posisi seluruh persendian dalam letak anatomis dan nyaman dengan memberikan
penyangga pada lekukan lekukan sendi serta pastikan posisi punggung lurus.
|
3.
|
Gangguan pola tidur b.d nyeri,
tidak nyaman
Batasan karakteristik :
a. Pasien
menahan sakit (merintih, me-nyeringai)
b. Pasien mengungkapkan
tidak bisa tidur karena nyeri
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3
x 24 jam klien dapat terpenuhi kebutuhan
tidurnya dengankriteria :
Tidur
a. Jumlah jam
tidur cukup
b. Pola tidur
normal
c. Kualitas
tidur cukup
d. Tidur
secara teratur
e. Tidak sering
terbangun
f. Tanda vital
dalam batas normal
Rest
a. Istirahat
Cukup
b. Kualitas
istirahat baik
c. Istirahat
fisik cukup
d. Istirahat
psikis cukup
Anxiety control
a. Tidur adekuat
b. Tidak ada
manifestasi fisik
c. Tidak ada
manifestasi perilaku
d. Mencari
informasi untuk mengurangi cemas
e. Menggunakan
teknik relaksasi untuk
mengurangi cemas
f. Berinteraksi
sosial
|
Peningkatan Tidur / Sleep
Enhancement
a. Kaji pola
tidur / pola aktivitas
b. Anjurkan
klien tidur secara teratur
c. Jelaskan
tentang pentingnya tidur yang cukup selama sakit dan terapi.
d. Monitor
pola tidur dan catat keadaan fisik, psykososial yang mengganggu tidur
e. Diskusikan
pada klien dan keluarga tentang tehnik peningkatan pola tidur
Manajemen lingkungan
a. Batasi
pengunjung
b. Jaga
lingkungan dari bising
c. Tidak
melakukan tindakan keperawatan pada saat klien tidur
Anxiety Reduction
a. Jelaskan
semua prosedur termasuk pera-saan yang mungkin dialami selama men-jalani
prosedur
b. Berikan
objek yang dapat memberikan rasa aman
c. Berbicara
dengan pelan dan tenang
d. Membina
hubungan saling percaya
e. Dengarkan klien dengan
penuh perhatian
f. Ciptakan
suasana saling percaya
g. Dorong
orang tua mengungkapkan pera-saan, persepsi dan cemas secara verbal
h. Berikan
peralatan / aktivitas yang menghibur untuk mengurangi ketegangan
i.
Anjurkan untuk menggunakan teknik
relaksasi
j.
Berikan lingkungan yang tenang
k. Batasi
pengunjung
|
DAFTAR PUSTAKA
Bagian
Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. 2009. Buku Ajar
Anatomi Umum.
FK UNHAS
Brunner and Suddarth. 2000. Medical Surgical Nursing.
Philadelphia: JB Lippincot Company.
NANDA
International. 2012. Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi
2012-2014.Jakarta
: EGC
Harsono. 2000. Buku Ajar Neurologi
Klinis. Edisi 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
2005. Kapita
Selekta Neurologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Judith
M. Wilkinson.2007. Buku saku diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC dan criteria
hasil NOC
ed. 7. Jakarta : EGC
Muttaqin,
Arief. 2013. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem persarafan. Jakarta
:
EGC
Brunner &suddarth,Alih Bahasa Monica Ester,SKP:Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah,Edisi 8,Volume 3,EGC,Jakarta 2002
0 Response to "Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin."
Post a Comment
Silahkan berkomentar yang relevan dan jangan melakukan SPAM atau meninggalkan link hidup demi kebaikan dan terjamin keindahan dalam persahabatan.